Selasa, 24 Maret 2009

Buku Ponari di Tengah Matinya Logika


Sambil menunggu giliran pengobatan, salah seorang pasien membaca buku tentang Ponari.

Marwi (75) melenggang ringan di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, pada Jumat (13/2) siang itu. Tangannya menggenggam sebuah buku kecil yang terdiri atas 63 halaman yang terbagi dalam 12 bab. Judul dan fakta larisnya buku itu cukup membuat Marwi melenggang ringan di siang terik itu. Ponari Si Dukun Cilik, itulah judul buku dengan sampul berupa foto mencolok Ponari dan antrean pasien di bagian bawahnya.

Penerbit buku seukuran buku tulis sedang itu adalah Bintang Usaha Jaya Surabaya. Tak ada daftar pustaka tercetak pada buku yang sejatinya hanya kumpulan tulisan dari sejumlah media cetak lokal itu.

Bahkan, foto-foto yang dipergunakan pun adalah hasil pemindaian dari sejumlah foto yang pernah terbit di berbagai media cetak. Tak ada penghargaan atas karya intelektual di sana.

Buku yang sekadar menyajikan aspek bombastis dari praktik pengobatan alternatif itu seolah ingin membenarkan soal mitos kesakten dalam masyarakat Jawa ala Ki Ageng Sela yang bisa menangkap petir. Kisah soal masa kecil dan latar belakang orangtua Ponari, yang sudah habis dibeberkan berbagai media cetak, disajikan lagi dengan ”ramuan” ala buku tersebut.

Namun, nyatanya buku itu laris manis. Marwi, yang sehari-hari berprofesi sebagai penarik becak di seputar Jombang, bahkan sampai harus putar haluan sebagai penjual buku. ”Saya ambil 100 buku dan langsung habis. Ini sisa satu,” katanya.

Seorang calon pasien bernama Istiqomah (54), yang mendengar klaim Marwi, langsung mengeluarkan uang Rp 5.000 dan menebus buku yang tersisa satu itu. Istiqomah yang sehari-hari berjualan ikan laut di Pasar Batu, Kota Batu, Malang, itu langsung membolakbalik halaman depan sebelum buku itu disambar rekannya yang datang bersama ke dusun itu.

”Kami datang dalam rombongan sebanyak tujuh orang,” kata Istiqomah sembari langsung mengejar rekannya yang membawa buku Ponari Si Dukun Cilik yang baru saja ditebusnya itu.

Marwi tak sendiri. Di mulut dusun itu, Narwo (30), salah seorang warga Desa Balongsari, juga sibuk menjajakan belasan buku yang ada di tangan kanannya. Ia menolak diajak mengobrol berlama-lama karena menurut pemahaman Narwo waktu adalah uang.

Tak jauh dari lokasi itu, Panim (48) juga sedang menekuni buku itu. Calon pasien asal Lebak Bulus, Jakarta, yang datang bersama suaminya, Sutar (48), tengah tekun membaca kisah tentang Ponari.

Pasangan Panim-Sutar sudah satu tahun lebih ke sana ke mari mencari kesembuhan untuk putra mereka yang lumpuh didera cedera tulang belakang usai bermain sepak bola. ”Saya sih secara pribadi lebih percaya ke sini (Ponari) dibanding ke dokter,” kata Sutar yang sudah berkali-kali mengusahakan pengobatan medis bagi anaknya.

Mencungkil tanah

Kepercayaan calon pasien dalam beberapa hari terakhir bahkan semakin menggila. Tak bisa mengakses Ponari buat berobat, mereka mulai nekat mengambil apa saja yang dianggap berkhasiat dari sekeliling rumah Ponari.

Sebutlah trio ”pencari kesembuhan” asal Kabupaten Gresik yang terdiri dari Madri (56), Samsuri (51), dan Karjo (56). Siang itu mereka bertiga mengendap-endap di bawah kediaman Ponari yang berupa dinding anyaman bambu (gedhek) seluas 3 meter x 6 meter sembari mencungkil-cungkil gumpalan tanah.

Segumpal tanah di bagian bawah rumah itu lantas mereka kepal- kepal membentuk bola kecil. ”Ini buat dicelup nanti di air, lantas airnya diminum,” kata Karjo.

Tak hanya tanah di bagian bawah rumah Ponari yang mulai tergerus dalam, sebagian gedhek kediaman Ponari pun tampak diambili sejumlah calon pasien. Praktik itu menyebabkan sebagian kediaman Ponari kini koyak di bagian bawahnya.

Hingga Jumat kemarin, calon pasien memang masih terus berdatangan dan terus mencungkili tanah di sekitar rumah Ponari dan mengambil air sumur milik tetangga Ponari. Padahal, lokasi itu sudah dinyatakan tutup total.

”Saya percaya, insya Allah bisa sembuh,” ujar Madri sembari memasukkan segumpal tanah yang akan dicelupkan ke dalam air minum itu ke dalam sebuah tas kecil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar